My Life 34 : Sederhana yang Istimewa

0
00.02
Sederhana saja yang ingin aku bahas. Aku hanya terkesan dengan satu hal.
Kehadiran teman lama.
Ya, nyerempet-nyerempetnya sih itu. Padahal bisa dibilang dia bukan temanku. Malah, musuh. Musuh dalam hal yang positif pastinya :D
Entahlah. Mungkin terlihat lebay atau alay, namun seperti inilah caraku menghargai dan mengenang masa lalu. Masa-masa dimana aku belajar banyak hal. Belajar dalam diam, hanya memperhatikan dan mempraktekkan perlahan tanpa banyak bicara. I think I have my best in the past, but it isn't always true yes~
Mudah saja aku menceritakan ini semua. Tadi sore aku membuka facebook dan menemukan seseorang dalam daftar permohonan pertemanan. Yeah, it's right! My old enemy, uhm.. may be a cleverer friend~
Tanpa berpikir panjang, seperti yang telah kalian duga, aku menerima pertemanannya.
Hei, cobalah pikir. Siapa yang mau menyia-nyiakan kesempatan emas begini? Bertemu dan kembali menjalin silaturrahim dengan seorang teman lama. Hal yang amat menarik kan? Meskipun dalam praktiknya bukan hal yang umum yang akan kulakukan untuk memulainya. Yes, I only can stay here and see the developing from here, only here~


All is being freak..
Atau hanya aku yang merasa sedikit berbeda?
Ah, tapi bagaimanapun, kalian akan tetap setuju bahwa aku memang sangat berbeda. Very different from you, from others~
Setiap kali aku melihat sesuatu tentang masa lalu, yang terbayang adalah selalu tentang hal yang paling baik yang pernah kutemukan di masa itu. Dan ketika aku menemukan sesuatu yang berhubungan dengan masa SMP-ku maka yang terimaji di benakku adalah proses-proses belajar itu. Proses-proses memahami paling baik, meski dengan cara paling buruk. Yeah, hahaha. Abaikan saja kicauan meracau gadis aneh ini.
Contoh, ini memang bukan teman sekelas, sesekolah, atau seperjuangan *?*. Tapi dia merupakan rival terberatku setelah rival sekelasku (I'm feel so sorry to named you as my enemy, my rival, oh and any others. But this must I do! Hihi~). As our favourite lesson, biology. Nah lho, harusnya yang merasa se-SMP denganku bisa menebak dia siapa. :D

Aku mengenalnya sebagai pribadi yang baik. Aku tak mengerti apa-apa lagi selain itu. Karena keterbatasan kami dalam mengenal satu sama lain (ecieh). Nggak, nggak. Bukan. Sama sekali bukan hal seperti itu yang kumaksud. Kan, tadi aku sudah bilang kalau kami beda sekolah :p
Dia seorang yang diam dengan orang yang belum ia kenal. Dan seorang yang sopan, I think. Dia juga seorang yang sangat rapi. Terbukti dengan kejadian saat itu. Ah, mengingatnya membuatku kangen. Kangen sekali rasanya dengan soal-soal itu, dengan berlembar-lembar soal yang harus kupecahkan dan kutemukan solusinya. Dengan lembar LJK yang tak boleh terlipat, rusak, basah (untung saja meski aku tukang tidur, tapi aku nggak pernah kelewatan sampai ngiler di LJK, wkwk).

Back to our main topic.

Ini sudah terlalu melenceng, ckck.
Caranya melingkis baju, kerapihan, bersih, dan pelajaran yang ia tekuni, hmm, ya ya, dia memang pantas jadi dokter. Sebutannya saja di sekolahnya adalah 'Pak Dokter'. Ehm, sedikit envy xD
Dulu, rasanya mau memohonnya jadi sekadar seorang teman di jejaring sosial bernama facebook saja rasanya sudah sungkaaaaaaaaan sekali. Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa bisa sampai segitunya. Aku jujur saja, aku merasa ilmunya sangaaat sangaaat tinggi dibandingkan denganku. Siapa tak sungkan bila begitu?
Dan hari ini, tiba-tiba saja, di saat aku sudah perlahan mulai lupa akan segalanya, di tengah bimbangku yang tak kunjung berujung, dia datang. Mengingatkanku dengan pelbagai hal bodoh yang pernah kuperbuat, namun justru merupakan pembelajaran terbaik bagiku. Hidup adalah pilihan~
Gara-gara anak itu, aku ingat Bu Eva, Cakti, Egy. Yeah, with all my proud I mean them as my success team! :D

Lihat statusnya. Aku dapat beribu pencerahan. Aku yang mulai bosan di asrama dan malas ngapa-ngapain (termasuk menghafal, astaghfirullah, ya Alloh..), sadar kembali. Aku tidak tahu! Aku tidak pernah tahu kenapa! Seperti yang telah kukatakan di awal, seperti inilah aku menghargai masa lalu. Meskipun, aku tahu. Mereka tidak menganggapku sebegitu istimewanya. Mereka tidak mengingatku sekuat aku mengingat mereka. Mereka bahkan boleh saja melupakanku. Tapi, setidaknya aku memiliki kenangan bersama mereka bukan? Setidaknya ada satu jembatan penghubung antar jiwa yang egois ini, kan? Aku tidak pernah berharap mereka, dia, atau siapa pun mengingatku sambil tersenyum. Lebih baik jika aku saja yang mengingat hal terbaik yang pernah mereka lakukan dan merekamnya dengan baik di otakku. Karena, aku berjanji, apapun yang akan terjadi, aku akan menyimpannya dalam memori terkuat yang aku punya. Menjadikan pahit getir yang pernah terlewati sebagai sebuah edelweis yang tetap indah dengan semua kenangannya, baik itu buruk ataukah indah.

Alloh, bahkan dengan hanya mengingat nama-nama mereka, semangat ini muncul. Keinginan kuat untuk menjadi salah satu pengemban amanah-Mu yang paling suci kembali mengakar di dalam hatiku ya Robb.. Kuatkan aku. Walau ragaku disini, biarkan jiwaku bebas ya Alloh, tetap bersama mereka, orang-orang terbaik sepanjang sejarah hidup yang pernah kukenal, selain kedua orang tuaku.

And, the last. Only for your information. He is now schooling in one of my dream school. That's MAN Insan Cendekia. And I see, he is a member of OSIS there. He's more lucky than me, I think. He also a member of ICOT, Insan Cendekia Olympiad Team. Ah, I keep a big envy about all of him :)

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 comments:

Thanks for read, leave a cool comment, fellas =)