My Life 28 : Ketika Waktu Menjelaskan Semuanya Padaku

0
15.12
Ehm. Ini mungkin ada sedikit hubungannya dengan UP (Ujian Praktek) Bahasa Indonesia semester ini. Berhubung nanti acaranya adalah bikin cerpen, dan harus sesuai dengan pengalaman pribadi. Jadi aku memutuskan akan memakai judul di atas itu ^^.
Awalnya aku bingung, pengalaman pribadi? Aduh, pengalaman pribadiku kayaknya nggak ada yang istimewa deh. Ada juga nyesek, meskipun pada akhirnya aku menemukan apa itu arti sahabat sejati :)

Ups. Sepertinya aku sudah sedikit membocorkan rahasia. Ahaha, kayaknya dari tadi juga udah ya? *plak
Pokoknya di UP nanti aku bakalan cerita rada panjang, tapi sebisa mungkin tak singkat-singkatin. Karena.. tidak ada kata cukup untuk melukiskan kenangan yang sudah terukir selama 16 tahun perjalanan hidupku teman.. Kau tau? Hidup ini terlalu berharga untuk hanya diisi dengan hal yang sia-sia (by : Pak Nanang). Dan kesia-siaan dalam hidup yang aku sesalkan selama ini. Alloh, sungguh sia-sia.. Ehm, semoga dari sekilas cerita nanti, akan ada sebersit cahaya yang bisa kita terima.

Ah, aku jadi ingin cerita begini. Aku cerita aja ya, curcol, nggak apa kan? ^^

Dulu.. dulu..
Masa-masa TK, mungkin adalah masa terbahagia dalam hidupku. Tanpa masalah, tanpa tugas yang menumpuk, tanpa kata beban, tanpa mengerti apa itu hidup dalam arti yang sebenarnya. Aku berteman, dengan siapa saja! Semuanya terasa menyenangkan.. hingga akhirnya aku lulus dengan hasil gemilang. Di hari perpisahan itu, masih kuingat, saat Ibu Kepala Sekolah memberiku sebuah penghargaan. Entah penghargaan apa itu, aku tidak mengerti, sampai sekarang bahkan. Mengapa aku bisa mendapatkan sebuah penghargaan? Ah, jangan terlalu dipikirkan kawan, aku sendiri tidak pernah tahu apa yang sudah aku lakukan. Apakah sebegitu berharganya..

Aku beranjak besar. Aku menduduki bangku sekolah dasar. Senangnya.. teman-temanku banyak. Hanya, sayang, waktu itu salah satu temanku.. ah, dia kasar sekali padaku. Ketika aku telat masuk kelas (hampir setiap hari) aku dititahnya untuk memasuki bangku melalui kolong meja. Aku benar-benar tidak suka mengingat masa ini, dimana aku nggak bisa melakukan apa pun untuk membela diriku sendiri. Aku terlalu lemah saat itu..
Yang dapat kulakukan, tentu saja, apa lagi selain mengadu pada Bapak dan Ibu. Ibu hanya mengelus kepalaku dan berucap, 'sabar'.. Yah, begitu dan begitu seterusnya. Sampai waktu bergulir dengan begitu cepat, dan aku berada di penghujung kelas 6.
Disini, aku merasakan semuanya. Bungah karena sebentar lagi aku akan menginjak bangku SMP, tapi juga was was karena aku akan menghadapi UN. Disini pula, aku tahu apa itu kejujuran, apa itu sebuah kompetisi, bagaimana rasanya senang sebagai pemenang. Ah, banyak sekali. Sampai merasakan malunya menjadi sasaran cinta monyet yang menurutku waktu itu, aish, nggak banget --.
Sms-sms jail dari temanku sendiri, misscall-misscall aneh, sampai puisi sok romantis anak SD. Ya Alloh, aku beristighfar dalam hati. Ini masih SD lho. Ck..

SMP menjelang. Ah ya, ini masa-masa labil dalam hidupku. Semua bermula dari aku yang introvert (nggak ada yang bisa bantah itu), galak, dan punya tatapan dingin. Entah kenapa dulu aku bisa semengerikan itu. Bahkan, anak laki-laki yang hendak berbicara denganku akan merasa malas sendiri. Hm, sebenarnya aku tidak sebegitunya lho. Tapi mungkin ini sudah bawaanku, dari dulu, kalau mau ngobrol sama anak laki-laki tuh bawaannya males tingkat dewa. Aku nggak pernah berani mandang, atau bagaimana pun yang menyangkut hal bernama 'laki-laki'. Sampai aku jadi anggota OSIS dan DP pun, tetap saja rasanya seperti ada hijab yang membatasi.
SMP, aku tahu rasanya bahagia memiliki rekan satu tim yang saling mendukung. Memenangkan kompetisi, mendapatkan piagam, begitu seterusnya, terasa sangat mudah. Teman yang meski sekarang tak mengingatku namun akan selalu kuingat selamanya. Karena masa perjuangan itu, kawan. Dan tahukah? Ketika air mata ini tak sanggup lagi untuk menahan diri, saat kita hendak berpisah, disinilah akhir kita, dan kita tidak lagi bisa merasakan manisnya sebuah perjuangan. Ah ya, kalian pasti tidak pernah merasakannya. Cukup aku saja... Kenangan manis itu, forever kan?
Masa ini juga nggak lepas dari yang namanya cinta monyet. Ah, sebenarnya apa sih cinta? Satu kata yang terdengar asing dan misterius banget buatku. Aku sendiri tidak pernah menyadari apa itu cinta. Teman-temanku sering berdalih dengan kata 'cinta'. Yang mereka anggap begitu hebat ketika mereka bisa berdakwa dengan satu kata misterius itu. Tapi aku? Aku tidak pernah ingin mengorek hal itu terlalu dalam. Aku sadar, ini belum saatnya. Kalian tahu kan, bahwa semua yang ada di dunia ini memiliki batasan batasan tersendiri?
Kecewa pada diri sendiri? Sangat. Aku rasa aku sudah jatuh terlalu dalam. Saat aku mulai melanggar dan menentang batasan-batasan janjiku pada diriku sendiri. Saat-saat terburuk itu, teman! Gara-gara itu hubunganku dan sahabatku merenggang. Kami berbeda jalan. Hanya gara-gara satu hal itu. Saat-saat sakit tak terperikan dalam hidupku. Karenanya, aku anggap SMP adalah masa-masa belajar. Masa masa kelam yang dapat kuambil sebagai pelajaran, masa-masa yang kusesalkan. Amat sangat. Kini yang dapat kulakukan adalah berdoa pada Alloh, berharap segala kesalahan itu terhapuskan.
Juga, terimakasih ya Alloh.. berkat kejadian itu, aku mendapatkan satu kebahagiaan tak terhingga. Sahabat sejati yang hingga saat ini kuyakin tak kan pernah pergi dari sisiku. :)

Hingga kini, aku semakin beranjak dewasa, menua. Awal yang sangat tidak kusangka-sangka. Awal yang menegangkan, betapa semuanya terlihat begitu hebat di depan mataku. Kalian hebat, teman!
Ada rasa takut yang mengalir berdesir bersama aliran darah di pembuluh nadi.
Beribu pertanyaan meloncat keluar bersamaan. Kalau aku tidak bisa bersaing, bagaimana? Kalau aku akhirnya akan tenggelam disini, bagaimana?
Disini, SMA, masa yang tengah kupijak. Aku merasakan sebuah ketulusan, keikhlasan menghadapi segala macam takdir Alloh, merasakan rasanya kagum pada orang lain, bangga, aaaahh!
Terpenting, ketika disini, semua terungkap. Apa itu sahabat, kejujuran, keikhlasan, dan cinta (satu hal yang paling kuhindari selama ini). Itu anugerah kawan, kau tahu? Namun sekarang belumlah saatnya. Satu hal, satu hal yang pasti.
Alloh sudah menetapkan segalanya sesuai dengan taraf kedewasaan kita. Bagaimana hasil kita pada akhirnya, biarlah diri ini yang menentukan..
Di masa ini, aku temukan sebuah kemurnian dan arti perjuangan. Perjuangan yang tidak hanya membutuhkan waktu satu dua detik, namun satu tahun untuk mengejar sebuah kesempatan. FIGHTING! ^^

Dan yang pasti sangat kusadari..
Waktu, ternyata ia yang memberiku pengetahuan tentang berbagai macam hal.
Kini, ia sudah menjelaskan segalanya. Memberiku penafsiran nyata tentang segala hal yang kuanggap maya selama ini. Thanks God. It's me, now :)

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 comments:

Thanks for read, leave a cool comment, fellas =)