Kelas Sebelas

0
23.15
Alhamdulillah..
Mungkin sudah agak telat untuk mengucapkan ini, karena sudah lebih dari 2 bulan yang lalu aku naik grade ke jenjang yang lebih tinggi. Kelas sebelas. Mid kelas ini adalah sebuah bukti, dari segala hasil kerja keras siswa selama satu tahun ke belakang. Dan ini tentu bukan tanpa masalah, teman :)

Sebenarnya, kalau mau dibilang takut..
Ya. Aku takut dengan kenyataan aku berada di posisi tengah. Harus menyeimbangkan diri dimana kita menjadi sesosok contoh, namun di sisi lain kita tetap 'manut' kepada yang lebih tua. Menghormati yang tua, menyayangi yang muda, kalau kata para guru dan kyai.

Kelas sebelas ini berarti kelas pertengahan di jenjang SMA. Dan karena inilah, aku takut. Mungkin sisa trauma (bisa dibilang begitu) masa kelas 2 SMP, atau kelas delapan. Rasanya kelas 2 adalah kelas terburuk. Saat perasaan dan logika tengah goyah-goyahnya, according to me.

Kelas pertengahan itu labiil banget. Bukan hanya aku yang berpendapat demikian. Kenyataan, karena kita menjalankan dua peranan sekaligus. Dan dengan alasan yang aku pun belum tau mengapa, kelas pertengahan itu identik dengan image buruk.

Contoh nih ya. Waktu kelas sepuluh dulu, kalau lihat mbak-mbaknya duduk-duduk di tangga sambil ngobrol kueras banget, apalagi plus ketawa cekikikan itu rasanyaaaa... Duh, kakak kelasku kok begini?
Padahal, tangga itu deket banget sama perpustakaan dan areal kelas laki-laki. Malu nggak sih begitu itu? Mana suaranya itu lhooo.
Ini bukan hanya aku yang merasa lho.

Eh tapi tapi ternyata, tadi aku melihat sendiri sebuah kenyataan miris.
Anak-anak perempuan seangkatanku (berarti yang sekarang kelas sebelas juga, ya) duduk-duduk di tangga, persis nyontek kelakuan mbak-mbak nya dulu. Lha, yang kayak begitu itu yang malu sekarang siapa? Dulu kok bisa-bisanya ngritik tapi sekarang malah melakukan sendiri. Aku yang sedikit kesal dan merasa terganggu mendengarnya cuma bisa mendelik dan ber- sssst ria.

Bukannya apa-apa. Tapi kami sudah seringkali diceramahi, baik oleh para guru bahkan kyai. Kalau bersuara itu janganlah layaknya keledai. Seburuk-buruk suara adalah suara keledai (khimar). Apalagi ini perempuan, akhwat. Mau ditaruh dimana izzah kita?

Belum lagi masalah yang satunya. Ini sih, bukan rahasia lagi. Sudah menjadi budaya santri zaman sekarang paling, ya. Apa sih? Pacaran.
Sudah, satu kata yang singkat tapi berpengaruh besar. Jelas.
Kebanyakan semua goyah di kelas pertengahan seperti saat ini. Santri mulai melupakan kebaikan-kebaikannya di kelas sepuluh, dan mulai ingin coba-coba di kelas sebelas.
Padahal, sudah sangaaaaat jelas aturannya dalam Al-Quran maupun hadits nabi, bahwa yang namanya berdekatan dengan lawan jenis yang bukan mahrom itu haram hukumnya. Terlebih menjalin hubungan yang seolah nampak serius.
Aku berani bertaruh deh, anak SMA itu gampang bosenan. Belum nanti kalau ngalami LDR (Long Distance Relationship), wuh godaan berat.
Eits, jangan tanya kenapa aku tau ini. Ini berkat hasil belajar dari kisah teman-teman yang lain. Dan dalam hati aku cuma bisa mbatin, kalau seburuk ini efeknya, kenapa nggak jera-jera juga? --"

Yah dan masalah paliiing terakhir sendiri yaitu..
MALES.
Itu musuh utama buatku sejak dahulu kala.

Ketiga masalah inilah, yang membuatku ragu-ragu. Apakah middle class kali ini akan berujung husnul khotimah? Hanya bisa berdoa sembari menguatkan iman, teman :)
Doaku, semoga apa yang terjadi dahulu (buruk) tidak akan pernah terulang lagi. Kali ini, I promised my self.

Semoga kita dijauhkan, ya dari hal-hal yang berdampak negatif. Dan semoga kita termasuk ke dalam golongan hamba-Nya yang beruntung. Aaamiiin ya Robbal alamiin.

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 comments:

Thanks for read, leave a cool comment, fellas =)